MASIGNALPHA101

Keanekaragaman Hayati - Pengertian, Tingkat dan Pelestarian

Keanekaragaman Hayati - Pengertian, Tingkat dan Pelestarian
10 March 2018

Pengertian Keanekaragaman Hayati

Pengertian Keanekaragaman Hayati - Coba perhatikan dengan seksama, adakah di antaramu yang memiliki wajah sama persis? Ternyata, tidak ada meskipun dengan saudara kembar. 

Setiap organisme diciptakan Tuhan dengan sangat beragam. Keberagaman tersebut dapat kita temukan pada tingkat gen, spesies dan berbagai tingkatan di atasnya. 

Oleh karena itu, kita patut bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan sesuatu dengan sangat sempurna. Salah satu wujud rasa syukur itu adalah dengan merawat dan melindungi keberagaman yang telah ada.

Pengertian Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati atau yang lebih dikenal dengan istilah biodiversitas adalah keseluruhan variasi organisme, baik bentuk, penampilan, jumlah, maupun sifat yang dapat ditemukan pada tingkat gen, tingkat spesies, dan tingkat ekosistem. 

Dengan demikian, perbedaan antara berbagai organisme ataupun berbagai ekosistem disebabkan adanya variasi yang dimiliki oleh masing-masing organisme atau ekosistem.

Tingkatan Keanekaragaman Hayati

1. Keanekaragaman Tingkat Gen 

Keanekaragaman tingkat gen adalah keanekaragaman atau variasi yang dapat ditemukan di antara organisme dalam satu spesies. 

Misalnya, beberapa perbedaan ciri dan sifat yang ditemukan di antara sesama manusia. Walaupun sama-sama dalam satu spesies, yaitu Homo sapiens, tetapi di antara kita memiliki bentuk hidung, mata, rambut, tinggi tubuh, warna kulit, ataupun kecerdasan yang berbeda.

Keanekaragaman tingkat gen juga ditunjukkan di antara jeruk keprok garut, jeruk keprok medan, dan jeruk keprok pontianak. 

Perbedaan juga terdapat di antara dua saudara kandung yang kembar identik karena memiliki susunan gen (genotipe) yang berbeda. Setiap susunan gen akan membentuk penampilan (fenotipe) tertentu. 

Perbedaan kondisi habitat juga dapat menyebabkan adanya perbedaan ciri dan sifat pada organisme. Misalnya, dua pohon rambutan satu spesies yang secara kebetulan hidup pada dua tempat dengan kondisi lingkungan yang berbeda dapat memiliki fenotipe yang berbeda.

2. Keanekaragaman Tingkat Species (Jenis)

Keanekaragaman tingkat spesies (jenis) adalah keanekaragaman di antara organisme yang tergolong dalam spesies berbeda. Misalnya, keanekaragaman di antara tanaman padi, jagung, mangga, dan kelapa ataupun diantara kucing, ayam, dan burung merpati.

3. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem 

Keanekaragaman tingkat ekosistem adalah keanekaragaman yang dapat ditemukan di antara ekosistem. 

Susunan biotik dan abiotik setiap jenis ekosistem di permukaan bumi tidaklah sama. Lingkungan abiotik sangat berpengaruh terhadap komposisi biotik suatu ekosistem. 

Oleh karena itu, dua wilayah dengan kondisi abiotik berbeda umumnya mengandung komposisi organisme yang berbeda pula.

Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Jika sebagian besar masyarakat Indonesia melakukan aktivitas eksploitasi sumber daya hayati secara terus-menerus tanpa diimbangi dengan usaha pelestariannya. Maka sudah dapat dipastikan dalam waktu yang relatif singkat sumber daya hayati kita akan punah. 

Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk melestarikan keanekaragaman hayati yang melibatkan seluruh komponen masyarakat dan tentunya pemerintah. 

Usaha pelestarian dapat dilakukan di habitat asli (in situ) ataupun di luar habitat asli (ex situ). Contoh usaha pelestarian in situ adalah taman nasional dan hutan lindung, sedangkan ex situ adalah kebun binatang, kebun raya, dan kebun plasma nutfah. 

Macam-macam usaha perlindungan dan pelestarian yang sudah dilakukan di negara kita, antara lain sebagai berikut.

1. Perlindungan Alam Umum 

Perlindungan alam umum bertujuan untuk melindungi alam sebagai kesatuan flora, fauna, dan tanah. Jenis-jenis perlindungan alam umum adalah sebagai berikut.
  • Perlindungan alam ketat, yaitu upaya perlindungan yang digunakan untuk kepentingan ilmiah dengan keadaan alam di tempat yang bersangkutan dibiarkan berkembang secara alami. Contohnya, di Ujung Kulon.
  • Perlindungan alam terbimbing, yaitu upaya perlindungan yang melibatkan para ahli untuk ikut campur dalam membina keadaan alam. Contohnya, Kebun Raya Bogor.
  • Taman nasional, yaitu kawasan pelestarian alam yang dikelola, dimanfaatkan untuk kegiatan ilmu pengetahuan, pendidikan dan pelatihan, serta rekreasi dan pariwisata. Taman nasional merupakan suatu wilayah luas yang tidak boleh dihuni oleh penduduk. 

2. Perlindungan Alam dengan Tujuan Tertentu

Perlindungan alam tersebut bertujuan untuk melindungi satu atau beberapa unsur alam tertentu.
  • Perlindungan geologi, yaitu perlindungan terhadap formasi geologi di daerah tertentu agar tidak rusak Contohnya, Gunung Leuser.
  • Perlindungan alam botani, yaitu perlindungan terhadap spesies tumbuhan tertentu agar tidak punah. Contohnya, Ujung Kulon, Gunung Leuser, Gunung Rinjani, dan Tangkoko Batu Angus.
  • Perlindungan alam zoologi, yaitu perlindungan terhadap hewan tertentu yang hampir punah atau langka dan sekaligus mengembangkannya. Hewan yang dilindungi dapat juga didatangkan dari luar wilayah. Contoh perlindungan alam zoologi adalah Ujung Kulon, Gunung Leuser, Tangkoko Batu Angus, Panua Gorontalo, Gunung Rinjani, dan Bali Barat.
  • Perlindungan suaka margasatwa, yaitu perlindungan terhadap hewan yang hampir punah akibat perburuan. Beberapa jenis hewan yang dilindungi di Indonesia, antara lain bekantan, elang jawa, anoa, harimau sumatra, kakaktua, siamang, kasuari, jalak putih, komodo, dan maleo. 
  • Perlindungan ikan, yaitu perlindungan terhadap ikan yang terancam kepunahan. Setiap orang atau badan hukum dilarang melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat atau bahan yang menghasilkan arus listrik, alat atau bahan peledak, dan bahan-bahan beracun.
  • Perlindungan hutan, yaitu perlindungan terhadap hutan yang menyangkut perlindungan terhadap tanah air, dan iklim. 

Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Posisi geografi suatu ekosistem di permukaan bumi juga memengaruhi keanekaragamannya. Contohnya adalah komposisi organisme ekosistem hutan di daerah tropis akan berbeda dengan di daerah subtropis atau kutub. 

Pada umumnya, semakin jauh jarak yang memisahkan dua ekosistem akan memperbesar perbedaan unsur biotik diantara keduanya. 

Secara geografi, negara Indonesia terletak di daerah ekuator dan di antara dua benua (Asia dan Australia), dua samudra (Pasifik dan Hindia), serta dua wilayah zoogeografi (Orientalis dan Australis). 

Total luas daratan negara kita mencapai 2 juta km² dan luas lautan mencapai 6 juta km². Kondisi tersebut menyebabkan Indonesia memiliki sedikitnya 42 ekosistem yang berbeda dan termasuk ke dalam salah satu kawasan megabiodiversitas. 

1. Keanekaragaman Flora

Wilayah Indonesia termasuk dalam daerah fitogeografik Malesiana. Daerah Malesiana meliputi Malaysia, Sumatra, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Maluku, Papua, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon. 

Komposisi tumbuhan hutan Indonesia bagian barat memiliki kesamaan dengan Vietnam, Malaysia, Filipina, India dan Thailand yang termasuk dalam kawasan Indo-Malaysia, sedangkan wilayah Indonesia bagian timur lebih mirip dengan Australia. 

Hutan hujan tropis pada wilayah Malesiana didominasi oleh Dipterocarpaceae seperti kamper, keruing dan meranti. Wilayah Sumatra dan Kalimantan didominasi oleh hutan hujan tropis yang heterogen dengan curah hujan dan kelembapan relatif tinggi, sedangkan wilayah pantainya banyak ditumbuhi vegetasi bakau. 

Jenis hutan di Jawa dan Bali lebih bervariasi daripada Sumatra dan Kalimantan. Hal itu disebabkan variasi kelembapan dan curah hujan yang lebih besar. Semakin ke arah timur, curah hujan dan kelembapannya semakin menurun. 

Akibatnya, di wilayah Jawa dan Bali dapat ditemukan hutan hujan tropis, hutan monsun tropik, hutan savana tropis, dan hutan bakau. 

Wilayah Indonesia bagian tengah yang meliputi Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku memiliki curah hujan dan kelembapan yang lebih rendah dibandingkan wilayah Indonesia lainnya. 

Jenis vegetasi yang dapat ditemukan di wilayah tersebut, antara lain savana tropis, hutan pegunungan, dan hutan campuran. 

Wilayah Papua (wilayah Indonesia bagian timur) umumnya dipenuhi dengan hutan hujan tropis yang setipe dengan Australia Utara. Wilayah tersebut didominasi tumbuhan Eucalyptus sp. 

2. Keanekaragaman Fauna

Alfred Russel Wallace (1823-1913), ahli alam, menyatakan bahwa distribusi geografi satwa liar di permukaan bumi terbagi menjadi enam daerah zoogeografi. Indonesia memiliki dua daerah dari pembagian tersebut, yaitu daerah Orientalis (Asia) dan Australis. 

Daerah Orientalis di Indonesia meliputi Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, sedangkan daerah Australis meliputi Papua dan Maluku. Fauna khas Orientalis kebanyakan merupakan mamalia berplasenta, misalnya orang utan, kera, harimau, babi hutan, badak, kucing hutan, musang, dan gajah. Fauna endemik di daerah itu, antara lain badak jawa dan surili. 

Fauna khas daerah Australis berupa mamalia berkantong (misalnya, kanguru), burung gosong, dan burung kakaktua. Burung cendrawasih merupakan salah satu jenis fauna endemik yang hidup di daerah ini. 

Pulau Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara merupakan daerah perbatasan antara daerah Orientalis dan Australis. Daerah tersebut dihuni oleh fauna yang sangat berbeda dan memiliki bentuk transisi antara Orientalis dan Australis. 

Daerah perbatasan tersebut merupakan subwilayah daerah Orientalis yang disebut daerah Wallacea dan dibatasi oleh garis Wallacea. Batas sebelah timur wilayah Wallacea tersebut berupa garis Lydekker. 

Makin ke timur dari garis Wallacea terdapat perubahan fauna yang secara bertahap sifatnya menjadi lebih Australis begitu mendekati Papua. 

Pada awal abad ke-20, seorang zoolog bernama Max Weber menyarankan garis keseimbangan fauna yang disebut garis Weber. Garis tersebut menempatkan Sulawesi, Filipina, dan seluruh Nusa Tenggara ke dalam wilayah Orientalis, sedangkan Maluku, Tanimbar, hingga Papua ditempatkan pada daerah Australis. 

Indonesia memiliki banyak hewan dan tumbuhan endemik yang keberadaannya hanya di Indonesia. Pulau yang banyak memiliki spesies endemik adalah Sulawesi. Di daerah tersebut terdapat paling tidak lima jenis monyet endemik (di antaranya monyet hitam sulawesi), 7 1 jenis mamalia endemik (beberapa jenis tikus, musang cokelat, anoa, dan babirusa), dan 84 jenis burung endemik (burung maleo yang hampir punah). 

Fauna pulau-pulau di Nusa Tenggara merupakan gabungan bentuk Orientalis dan Australis. Berbagai jenis burung, beberapa di antaranya merupakan endemik, hidup di kawasan tersebut. Salah satu hewan khas dan endemik di Nusa Tenggara adalah komodo yang hidup di Pulau Komodo, Padar, dan Rinca. 

Laut di sekitar Kepulauan Sunda Kecil dan Aru merupakan habitat lautan terkaya di dunia. Daerah perairan tersebut sangat subur dan mengandung banyak plankton sehingga dihuni berbagai jenis ikan, lumba-lumba, dan paus.